Deru
Deru yang membadai itu semakin kencang di dalam dada, gemuruh nya makin rusuh, rasanya harus segera dihentikan, jika tidak habislah sudah. Karena badai yang datang seper sekian detik saja mampu memporakporandakan apa-apa yang ada di sekitarnya. Apalagi yang ada di dalam dada, entah apa jadinya.
Aku tau, Tuhan tidak mungkin menciptakan segalanya secara tunggal, selalu ada sepasang yang menjadi penyeimbang. Tak ada kesedihan yang berlarut melainkan akan datang bahagia yang kan menyambut. Tak akan ada benci yang mengeraskan hati, melainkan akan datang cinta yang melembutkan.
Akan ada masa dimana kita merasakan terpuruk agar kita tau bagaimana caranya bangkit. Ada masa dimana kita akan bertanya siapa sebenarnya kita, hingga tiba masa dimana Tuhan menunjukkan kuasa Nya melalui hidayah, karena janji-Nya jika kau ingin mengenal Tuhan mu maka kenalilah dirimu terlebih dahulu.
Bahagia itu sederhana. Itu lah kata-kata yang selalu di yakinkan pada diri. Agar tak melulu menuntut pada hal-hal besar, sebelum mampu bersyukur pada hal-hal kecil yang membesarkan. Berani menatap kenyataan, berdamai dengan keadaan, dan melihat segalanya secara rasional. Karena kebaikan berasal dari kebaikan itu sendiri, begitu juga dengan keburukan. Berlakulah sesuai dengan apa yang ingin kau terima, karena begitulah hukum alam bekerja. Alam akan memberikan sesuai dengan apa yang telah kau berikan. Dan, doa yang akan menggerakkan tangan Tuhan.
Kita hanya memiliki modal satu. Kita punya Sang Maha Satu, Allah Rabbul Izzati. Yang selalu dekat di kala yang lain kan menjauh. Yang selalu ada di saat yang lain kan tiada. Yang selalu tau di saat yang lain pernah merasa tidak tau. Yang selalu paham di saat yang lain tak memahami. Yang selalu kuat di saat yang lain melemah. Dia lah Sang Maha. Kita memiliki Nya, bahkan disaat kita tak lagi memiliki siapa-siapa, apa-apa, dimana-mana. (Repost by eka s)
Sisca setiawan
(Salam santun berbalut mahabbah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar